Dewan Pakar BPIP: Diplomasi Indonesia Berbasis Nilai Diapresiasi Dunia

JAKARTA – Diplomat senior Dr. Darmansjah Djumala mengungkapkan diplomasi Indonesia selama sembilan tahun terakhir telah menampakkan profil ‘diplomasi membumi’ yaitu diplomasi yang memberi manfaat langsung bagi rakyat.

Diplomasi Indonesia tidak hanya berdasar pada perjuangan kepentingan nasional yang memberikan manfaat langsung bagi rakyat, tetapi juga memproyeksikan nilai dalam pelaksanaan hubungan antar-negara,” ujarnya, Rabu (10/1/2023).

Dr. Djumala, yang pernah bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Austria dan PBB di Wina, menyampaikan hal itu menanggapi Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri di Bandung, Senin (8/1/2024).

Dalam acara tersebut Menlu Retno Marsudi mengatakan diplomasi Indonesia menjunjung tinggi nilai dan prinsip yang tidak tergoyahkan. Politik luar negeri Indonesia tidak transaksional, tetapi lebih menjembatani perbedaan, selalu menghormati prinsip, dan selalu menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia.

Dr. Djumala, yang juga Dewan Pakar BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri ini menilai gerak diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Menlu Retno selama sembilan tahun terakhir merupakan wujud ‘diplomasi membumi’.

“Perlindungan WNI di luar negeri dan diplomasi ekonomi yang menarik investasi serta peningkatan perdagangan adalah contoh diplomasi yang manfaatnya dirasakan langsung oleh rakyat,” ungkapnya.

Disamping diplomasi membumi, lanjut Dr. Djumala, Kemlu dengan mesin diplomasinya juga telah memberikan sumbangsih pada diplomasi multilateral. Dia merujuk kepada peran Menlu Retno dalam diplomasi vaksin ketika pandemi mendera dunia pada 2020-2021.

Retno Marsudi, dalam kapasitasnya sebagai co-chair (ketua bersama) dengan Menteri Kesehatan Ethiopia dan Menteri Kerja Sama Pembangunan Internasional Kanada, melakukan diplomasi vaksin gerak cepat melalui Covax (Covid-19 Vaccines Global Access) Facility, program pengadaan dan alokasi vaksin di bawah WHO kepada semua negara terlepas dari tingkat kemajuan ekonominya. 

Terkait kinerja diplomasi Indonesia di tataran dunia, Dr. Djumala mengapresiasi peran Indonesia sebagai host KTT G-20 di Bali yang menyepakati hasil konkret berupa Pandemic Fund, yakni dana patungan 21 negara (termasuk Indonesia) dan 3 lembaga filantropi berjumlah 1,4 miliar dolar AS untuk membantu negara-negara yang kurang mampu dalam pembiayaan pencegahan, persiapan, dan respons terhadap pandemi.

“Kemampuan memobilisasi dana ini cerminan nilai Persatuan, sila ketiga Pancasila dan semangat gotong royong yang sudah menjadi DNA bangsa Indonesia. Bahwa pandemic fund digunakan untuk membantu negara berkembang mengatasi pandemi, upaya itu jelas memancarkan nilai Kemanusiaan dan Keadilan, sila kedua dan kelima Pancasila,” jelasnya.

Kemampuan Indonesia menelurkan hasil konkret G20 tak lepas dari citra positif Indonesia selama ini yang dikenal sebagai honest broker dan bridge builder, sehingga Indonesia memiliki diplomatic credential dalam setiap inisiatifnya membantu mengatasi masalah dunia.

”Diplomasi Indonesia yang bersumber dari nilai luhur Pancasila – gotong royong, musyawarah, kemanusiaan dan keadilan – telah berhasil berkontribusi pada pemecahan isu global. Saya yakin, diplomasi berbasis nilai seperti ini akan tetap relevan di masa datang dan diapresiasi oleh dunia,” kata Dr. Djumala.

Bagikan berita ini di sosial media
    
   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *